Sabtu, September 12, 2009

SERI PANJISAKA- GEGER DI PUNCAK MERAPI (2.1)

2


pagi ….

Kabut masih menyelimuti jalan di padukuhan itu, pada sebuah rumah ditengah-tengah padukuhan, terdengar sedang orang bercakap-cakap, rumah ki lurah prajoto, rumah yang teramat sederhana, terbuat dari dinding gedek atau anyaman kulit bambu yang sudah kelihatan tua dimakan usia, atapnya dari daun-daun kelapa kering yang diayam dan disatukan dengan sebatang bambu sebagai tumpuannya. terlihat ki lurah prajoto dan Ki Damir sedang berbicara serius, ada ketegangan diraut muka masing-masing orang paroh baya itu.

“Demikian lah to ceritanya” ucap Ki damir yang masih memanggil nama terhadap ki lurah yang menjadi sahabatnya diwaktu kecil.

“ Aku bersama den ayu harus dengan diam-diam meninggalkan pademangan, berat rasanya…

melihat teman-temanku semua terbujur menjadi mayat oleh tangan-tangan prajurit bintoro..”

“ Bagaimana dengan Ki Demang Panji sodra ?”

“ itulah….. yang mengganggu pikiranku sampai sekarang.., semua kabar dari teliksandi tak ada yang sampai padaku hingga sampai di padukuhan ini..” ujar Ki Damir dengan raut muka yang sedih.

“ Ketika terakhir bertemu dengan Ki demang adalah saat matahari sedikit tergelincir ke barat, beliau memanggilku di pasemadennya”

“ Ki Damir… sudah setengah dari umurku kamu ikut aku…..aku percaya padamu, dan mungkin ini adalah hari terakhir kita bisa bertemu, aku titip anak dan istriku padamu, bawalah mereka ke padepokan Ki Ageng Pameling Jati di lereng merapi… bawalah kabar ini pada Ki Ageng… “ ucap ki Damir menirukan ucapan junjungannya. Ki Lurah Prajoto terdiam mendengarnya, seolah sedang membayangkan prahara yang menimpa kademangan ngambat.

“ hem..hem.. wah.. kalian ini kalo udah ketemu sudah ndak ingat waktu…sampai – sampai makanan di depan mata tak juga disentuh” seloroh seorang perempuan paroh baya dari balik pintu ruangan tengah.

“ weleh..weleh… kamu Sumi toh?.. kamu jadi nyai lurah toh sekarang…” ujar ki Damir sambil beranjak dari dipan tempatnya duduk. Perempuan yang disebut sekar itu tersenyum dan berkata.

“ iya.. bagaimana keluargamu kang damir… maaf aku baru menemui sekarang , karena semalam kakang tidur begitu pulas sampai suara jangkrik di pinggir rumah takut untuk bersuara…” Ki Damir tersipu , mungkin karena capek yang teramat membuat dia langsung tidur tadi malam begitu melihat dipan, dan dengkurannya itu yang disebut menakuti jangkrik…

“ wah.. maaf kalo begitu.. aku belum kraman nyi, ndak ada yang kepincut…” ujar ki Damir

“ monggo lho diminum kopinya, mumpung masih hangat, aku mau kedalam dulu membuatkan hidangan buat den Ayu mu “ seloroh nyai lurah sambil meletakkan dua cangkir kopi panas di dipan, lalu pergi ke balik pintu.

“bagaimana to… apakah benar kata orang orang semalam bahwa Ki Ageng tidak ada di Padepokan?” meneruskan Ki Damir

“ Betul Mir.. tidak ada seorangpun yang tahu kemana Ki ageng pergi, bahkan Ki demung Ganjer cantriknyapun tidak tahu.. dan sekarang ki Demung juga tidak ada di Padepokan…”

“ Duh Gusti… apa yang harus aku lakukan..” rintih Ki Damir.

Keduanya terdiam , tenggelam dalam alam pikirannya masing-masing.

“ Kulonuwun Ki Lurah…” terdengar sebuah suara didepan rumah,

“ Monggo… o.. ki Jagabaya.. mari masuk” jawab ki Lurah sambil membukakan pintu.

Yang masuk adalah seorang lelaki bertubuh tegap, dengan kumis melintang seperti tokoh pewayangan werkudoro. Lelaki ini yang semalam menjadi pemimpin orang-orang yang mencegat Ki Damir, dari langkah dan nafasnya Ki Damir tahu bahwa orang ini mempunyai kemampuan olah kanuragan yang lumayan. Untung semalam tidak terjadi perkelahian,kalo saja terjadi mungkin akan susah menjatuhkan nya dalam 10 gebrakan. Pikir Ki damir.

Lelaki yang disebut ki Jagabaya itu mengangguk hormat kepada ki Damir, lalu ikut duduk di samping Ki lurah Prajoto.

“ Ini adalah Ki Jagabaya agung garling, dulu dia adalah cantriknya ki Ageng juga lalu oleh ki ageng diminta membantuku menjadi jagabaya” ucap Ki Lurah memperkenalkan tamunya.

“ ah.. saya hanya seorang cantrik yang lopo ki.. tidak bisa apa-apa.. “ ujar ki Jagabaya merendah. Ki damir tersenyum, senang melihat cara merendah ki Jagabaya ini, pantas kalo dia menjadi cantriknya Ki ageng.

“ Mungkin kamu bertanya-tanya kenapa padukuhan dijaga siang malam seperti ini ki damir”sambung ki lurah yang mulai tidak menyebut nama pada sahabatnya itu.

“ iya kenapa Ki lurah…”

“ seperti juga kademangan Ngambat, kami juga berjaga-jaga dari amukan pasukan bintoro, karena berita yang kami dengar, mereka juga mencari Ki ageng Pameling Jati karena dianggap menyebarkan ajaran abangannya siti brit”

“ tentu saja kami tidak ingin junjungan padukuhan kami di injak-injak, oleh karena itulah kami… “ sambung Ki jagabaya dengan nafas tersengal seolah menahan amarah yang hampir meledak. “ menjaga padukuhan ini sedemikian rupa…”

Mereka bertiga mengobrol hingga waktu matahari ditengah ubun-ubun, kemudian bersama mereka menuju kependopo padukuhan yang ternyata sudah dikerumuni banyak orang, yang ingin mendengarkan penjelasan ki Lurah terhadap kejadian semalam.


Pendopo padukuhan Pakeman….

Bangunan pendopo itu merupakan bangunan tanpa dinding, hanya tiang-tiang penyangga berjumlah delapan yang terlihat tegak gagah dan menghitam, lantainya terbuat dari batu hitam persegi empat yang disusun rapi, serta licin entah bagaimana membuatnya, mungkin karena seringnya di pakai untuk duduk dan kegiatan padukuhan hingga membuat batu-batu lantai dari batu hitam koral itu licin seperti ubin.

Siang ini seluruh lantai sesak dijejali orang-orang padukuhan yang ingin mendengarkan keterangan tentang tamu desa. semua laki-laki yang tua, yang menjadi sesepuh padukuhan duduk bersila paling depan, sementara orang –orang muda dibelakangnya, bahkan ada yang bergerombol dipintu masuk pendopo serta diterasnya. Ki Lurah Prajoto terlihat duduk berhadapan dengan warganya di dampingi Ki Jagabaya Agung garling yang duduk disebelah kirinya. Sementara Ki Damir duduk di sudut kanan ruangan, sambil matanya mengamati seluruh suasana dipendopo. Ki Lurah membuka pertemuan itu dengan mengucapkan salam dan hormat pada tetua-tetua padukuhan yang hadir.

“ Para Kadang Padukuhan Pakeman sekalian, pertemuan siang hari ini merupakan pertemuan yang cukup penting bagi kita semua…. Bagi padukuhan kita..bagi anak cucu kita..” kata ki lurah lantang.lalu meneruskan.

“ di samping kita ini … orang yang jadi tamu kita semua .. yang tadi malam datang dan dicegat oleh ki Jagabaya… adalah saudara kita sendiri.. namanya ki damir dari kademangan ngambat…, mereka datang karena ingin bertemu dengan junjungan kita Ki Ageng Pameling Jati.. namun sayang bahwa ki Ageng tidak berada di padepokannya , dan kita tidak tahu kemana beliau pergi…” ki lurah berhenti sambil mengambil nafas ..

Tidak ada komentar: