Sabtu, September 12, 2009

SERI AIRLANGGA -JUDUL MAHAPRALAYA(3.2)

“ Maaf teman-teman, aku terpaksa menghentikan dulu pengejaran kita disini” jawab Prahasta dengan masih berada diatas kudanya sambil menoleh pada Wira untuk memohon ijin, sebagai pimpinan rombongan Wirapun dibuat terkaget-kaget akan ulah Prahasta, sampai-sampai dia hampir saja terlempar dari atas kudanya karena harus menarik tali kekang kuda secara mendadak membuat kedua kaku depan kudanya terangkat sampai hampir terbalik, namun dia tahu betul siapa adik seperguruannya itu sehingga dengan sedikit menganggukkan kepala dia memberi ijin atas perbuatan Prahasta.


“ Menurutku kita tidak boleh mengikuti amarah yang membakar hati kita begitu saja, karena bisa-bisa kita malah mati konyol menghadapi gerombolan prajurit wurawari yang jumlahnya lebih banyak dari kita itu” lanjut Prahasta

“ lantas mau mu apa adi Prahasta” Tanya Dadung awuk orang yang bermuka sangar karena seluruh wajahnya di penuhi kumis dan brewok yang tebal

“ Kita harus memakai otak kita untuk menghadapi mereka, bukan karena aku takut berhadap-hadapan dengan mereka namun dengan jumlah kita yang cuma enam orang ini sedangkan mereka sebanyak limapuluhan orang, yang aku yakin sebagai prajurit mereka tentu memiliki bekal cukup baik dalam olah kadigdayan serta tidak menutup kemungkinan bila mereka adalah para prajurit yang kenyang akan pengalaman dalam berperang, oleh karena itu kita haruslah menggunakan strategi yang benar-benar jitu untuk mengalahkan mereka” lanjut Prahasta mencari kesan dari wajah rekan-rekannya.

“ Lantas strategi apa yang akan kita pakai untuk menghadapi mereka “ yang berkata adalah Wira pimpinan rombongan itu.

” Dengan jumlah orang yang kalah banyak dari musuh-musuh kita itu, tidaklah mungkin jika kita menghadapi mereka secara terbuka, menurutku kita harus menghadapi para prajurit Wurawari itu dengan sergapan mendadak secara diam-diam”

”Bukankah itu sebuah perbuatan pengecut” kata Dadung Awuk

”Memang benar perbuatan kita itu bisa dikatakan sebagai perbuatan pengecut, namun menurutku lebih baik dikatakan pengecut dari pada harus menanggung malu karena melakukan perbuatan konyol dan bodoh yang membuat kita menjadi mati sia-sia tanpa menghasilkan apa-apa” lanjut Prahasta

” Lalu sergapan bagaimana yang kau maksudkan itu” ucap Wira

” Kita harus berbagi tugas dan melakukan serangan secara mendadak dari berbagai arah, sehingga mereka akan mengira bahwa rombongan kita terdiri dari banyak orang, itu akan membuat pemusatan pertahan mereka menjadi kocar-kacir”

Wira,Dadung awuk dan yang lainnya mengangguk-angguk mengerti apa yang dimaksud oleh Prahasta.

“Kita harus mengejar mereka dengan menempuh jalan lain agar tidak bertemu secara langsung” tambah Prahasta yang meski termasuk orang termuda dalam rombongan murid padepokan cane itu, namun dia termasuk orang paling pintar diantara mereka, baik otak maupun kemampuan kanuragannya, sehingga walaupun dia bukan orang yang ditunjuk oleh guru mereka sebagai pimpinan rombongan, semua kata-katanya tetap di dengar oleh kakak-kakak seperguruannya, termasuk Wira yang menjadi pimpinan rombongan.

“ Kita tempuh jalan sebelah kiri dan kanan ini” lanjut Prahasta sambil menunjuk jalan yang dia maksud.

“ Dua jalan ini nanti akan bertemu di Bulak Sirah tempat kita tadi malam beristirahat. Aku yakin rombongan Wurawari itu akan bermalam pula di bulak sirah dan menurut perkirakanku mereka baru akan tiba di sana pada sore nanti”

“ Aku setuju dengan usulan adi Prahasta, kita memang tidak mungkin melawan mereka dengan cara membabi buta karena menuruti amarah” ujar Wira

“ Setelah kita tiba disana apa yang harus kita lakukan” sahut Dadung awuk

“ Kita akan berbagi tugas dan membagi rekan-rekan menjadi dua kelompok, satu menempuh jalan sebelah kiri sedang yang lain lewat jalan yang kanan, kita akan tiba di bulak sirah beberapa waktu setelah rombongan Wurawari itu sampai disana”

”Menurutku, kita masih punya cukup waktu untuk melihat-lihat keadaan setibanya di Bulak Sirah, agar kita bisa merencanakan cara yang terbaik untuk melakukan penyergapan, dan pada tengah malam nanti tepat pada saat kalian mendengar suara burung hantu tiga kali berturut – turut kita sergap mereka dari dua arah yang berlawanan, tapi aku ingatkan, kita tidak perlu membunuh, kita hanya cukup menangkap pimpinannya dan kita bawa menghadap pada Ki buyut Wiyat untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya ” kata Prahasta

“ Baiklah tidak perlu berlama-lama lagi. Aku, Dadung awuk dan Gajah awu akan menempuh jalan sebelah kanan sedang adi Prahasta, Sumprit alu serta adi Gringsing menempuh jalan sebelah kiri. Bagaimana?”kata Wira

” Setuju” jawab yang lain serempak

”Mari kita berangkat sekarang, berhati-hatilah karena musuh kita amatlah banyak dan jangan lupa untuk saling menjaga satu dan yang lainnya” ujar Wira yang langsung melesatkan kudanya kearah kanan diikuti Dadung awuk dan Gajah awu. Sementara Prahasta, Sumprit alu dan Gringsingpun bergegas memacu kudanya ke arah kiri.

Tidak ada komentar: