Jumat, Agustus 21, 2009

SERI AIRLANGGA -JUDUL MAHAPRALAYA-PENDAHULUAN

AIRLANGGA
MAHAPRALAYA MEDANG
KARYA : EDHI VIR


MAHAPRALAYA MEDANG
Sejarah adalah sebuah rentang dimensi masa lalu yang menjadi pondasi kehidupan masa yang akan datang, sebuah alur cerita peradaban manusia yang penuh dengan segala karya-karya besar para pujangga, yang penuh dengan segala intrik – intrik peperangan dan perpecahan sebuah bangsa oleh tipu daya manusia, dan juga penuh dengan legenda kebudayaan dengan segala kejayaan beserta kebesarannya.
Adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya yang mendirikan kerajaan Medang atau kerajaan mataram kuno atau di sebut pula dengan kerajaan mataram hindu pada sekitar abab ke-8 ( delapan ) ber ibukota di Medang I bhumi Mataram yang sekarang lebih dikenal dengan nama Yogyakarta dan sekitarnya, menjadi salah satu bukti torehan sejarah yang tercatat begitu dalam sebagai salah satu tonggak awal kehidupan kerjaan-kerajaan di nusantara selanjutnya.
Pada saat mendirikan kerajaan Medang, suasana negara dan tatanan masyarakat pada waktu itu teramat sangat kacau, setelah terjadi pemberontakan di kerajaan galuh oleh Purbasora yang merasa lebih berhak atas tahta kerajaan Galuh, Sanna raja Galuh pada saat itu akhirnya mengungsi ke kerajaan Kalingga yang merupakan kerajaan nenek istrinya yaitu Maharani Shima. Sanjaya yang merupakan keponakan dari sanna raja galuh, tampil dan bertekad ingin merebut kembali kerajaan pamannya Sanna, dengan bantuan Tarusbawa raja Sunda pada waktu itu, namun sebelumnya Sanjaya telah menyiapkan pasukan khusus di pegunungan Sawal atas bantuan Rabuyut Sawal dan akhirnya dengan melakukan serangan mendadak pada tengah malam, Sanjaya berhasil merebut kembali kerajaan galuh dan membasmi habis keluarga Purbasora.
Atas dukungan ibunya yaitu Sannaha saudara perempuan raja Sanna, Sanjaya kembali ke Kalingga menjadi raja disana dan mengganti nama kerajaan menjadi Kerajaan Medang yang beribukota di Mataram ( Medang I bhumi Mataram ) dan sejak itu berdirilah kerajaan Medang di pulau jawa dibawah kepemimpinan Dinasti Sanjaya atau Wangsa Sanjaya ( prasasti Canggal tahun 732 )
Bersama bergulirnya sang waktu, sejarah mencatat terjadinya pergantian tampuk kekuasaan kerajaan – kerajaan ditanah jawa, dari wangsa Sanjaya ke wangsa Sailendra hingga ke wangsa Isyana yang didirikan oleh Mpu Sindok.
Berawal karena letusan gunung merapi yang sangat dahsyat hingga menghancurkan seluruh istana kerajaan medang, yang pada saat itu dyah Wawa adalah Raja yang berkuasa di Kerajaan Medang sementara Mpu Sindok menjabat Rakryan Mapatih Hino.
Konon sebagian puncak Merapi hancur, Kemudian lapisan tanah begeser ke arah barat daya sehingga terjadi lipatan, yang antara lain, membentuk Gunung Gendol dan lempengan Pegunungan Menoreh. Seluruh istana Medang di bumi mataram dan seluruh isinya musnah tak berbekas. Mpu Sindok yang pada saat itu baru saja memenangkan peperangan dengan bala tentara Kerajaan Sriwijaya (Perang Gejag) kemudian memindahkan ibukota kerajaan Medang ke daerah Tawlang di timur pulau jawa, kemudian dipindah lagi ke Watugaluh.
Jadilah Mpu Sindok sebagai raja pertama Kerajaan Medang periode Jawa Timur yang memerintah sekitar tahun 929 – 947, bergelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmottunggadewa. Mpu Sindok dianggap sebagai pendiri dinasti baru bernama Wangsa Isyana, tercatat dalam sejarah bahwa permusuhan kerajaan Medang dengan Sriwijaya tetap berlangsung hingga kecucu dan cicitnya, sejarah mencatat pula kemenangannya dalam mengalahkan serbuan bala tentara kerajaan sriwijaya di daerah Anjuk Ladang yang dikenal dengan perang Gejag atau perang besar.
Setelah Meninggalnya Mpu Sindok, berturut – turut terjadi peralihan kekuasaan pada keturunan Wangsa Isyana, dari Sri lokapala, kemudian Makuthawangsawardhana, hingga raja terakhir kerajaan Medang Sri Maharaja Isana Dharmawangsa Teguh Anantawikramottunggadewa yang naik tahta menggantikan ayahandanya Makuthawangsawardhana pada tahun 991, Kerajaan Medang di bawah kepemimpinan Dharmawangsa teguh ini sangatlah makmur, gemah ripah loh jinawi dan berhasil pula menguasai sebagian Kerajaan Sriwijaya (tahun 992 dan 997), Kejayaan masa kepemimpinan Darmawangsa teguh ini tentulah banyak menyimpan dendam yang berlarut – larut dari mereka yang merasa tertindas, hingga ber awal lah sebuah cerita kepedihan dan jeritan kematian yang di kenal dengan sebutan Mahapralaya atau Kematian Besar dalam sejarah negeri ini

Tidak ada komentar: